Percayalah sesuatu akan terjadi, Yakinlah sesuatu akan membuat hidupmu lebih bermakna apabila kamu berusaha ;)

W E L C O M E

Minggu, 29 Januari 2012

Kasih Sayang yang Menakjubkan



            Terlahir dengan keadaan sempurna, terlahir dalam keluarga yang istimewa, memiliki seorang bunda yang aku yakin tak ada duanya. Melihat kembali ribuan photo yang tertata rapi diatas lemari. Ku buka satu persatu tanpa mengingat waktu yang ada. Ya, sebuah kenyataan hidup yang mungkin sangat di idamkan semua manusia. Tanpaku sadari, aku termasuk dari mereka yang beruntung. Masih memiliki orang tua lengkap hingga aku beranjak 17 tahun. Kebahagian yang aku rasakan tidak akan aku rasakan dimana pun. Hanya ada di istana kecil milik kami. Dan engkau bunda, malaikat tak bersayapku, malaikat pelindung ragaku, sungguh ingin aku katakan bahwa cintamu sangat menakjubkan. Tak ada yang mampu untuk menandinginya. Nampak senyum mungil yang terlihat dari satu photo yang ku pandang cukup lama. Berdampingan dengan sosok wanita yang lebih terlihat dengan penuh kasih sayang. Itu aku, ya disaat aku masih sekolah di Taman Kanak-kanak. Disaat aku masih bisa bermain kesana kemari tanpa mengenal lelah, tanpa tau itu hal baik atau buruk. Disaat aku masih bisa tidur bersama bunda dalam satu kamar. Disaat aku terlelap dan bunda kecup keningku dengan penuh kemesraan. Dan disaat aku terbangun, aku masih bisa melihat bunda tersenyum manis padaku. Waktu memang mustahil untuk berhenti sejenak dan kembali berputar karena waktu porosnya dunia. Tingkahku yang terkadang membuat bunda marah sangat tidak jarang aku lakukan. Mulai dari aku dipangkauan bunda hingga aku tak disamping bunda. Kata maaf yang sering kali ingin aku ucapkan selalu tertahan, seolah sangat enggan diucapkan. Mungkin hal ini disebabkan oleh rasa gengsi yang berlebihan. Dan satu yang tak mungkin untuk aku berhenti mengagumi malaikatku ini, bunda tak pernah mengungkit apa yang terjadi dihari lalu. Dengan penuh rasa kasih, dengan luluh bunda langsung tersenyum meski awalnya mulutnya tak henti bicara dengan nada yang mungkin sampai 4 oktaf.

Dan kini usiaku beranjak ke 17 tahun. Disaat keadaan telah berubah terbalik 180 derajat. Disaat perubahan sikapku yang nampak tak biasa dihadapan bunda. Disaat aku tlah mengalami pendewasaan. Tiba-tiba aku enggan untuk bunda memperlihatkan bahwa ia sangat memanjaknku. Tapi bunda, bunda tetap seperti biasa, layak dulu kala. Aku masih menatap tajam photo yang ada. Teringat wajah bunda yang ada diseberang pulau sana. Ya, aku memilih untuk meneruskan SMA dikota orang. Aku memilih Jogjakarta untuk memudahkan ke jenjang yang lebih tinggi nantinya. Awalnya bunda sangat tidak setuju dengan keputusanku ini. Tapi aku terus membujuknya hingga ia mengizinkan. “Bunda takut nanti terjadi apa-apa dengan kamu nak.” Itu ucap bunda sebelum aku pergi meninggalkan kota Palembang.
            Dua tahun telah aku jajaki dikota Pelajar ini. Beribu kejadian yang seharusnya aku ceritakan langsung dengan bertatap muka pada bunda harus aku urungkan, karena jarak yang memisahkan kami. Kegiatan sekolah yang semakin padat, sering kali membuatku tidak membalas pesan singkat dan mengangkat telepon dari bunda. Tapi aku terlihat biasa, padahal aku yakin bunda sangat khawatir dengan keadaanku. Jam dikamarku terus berdetak. Hingga malam semakim larut. Mataku yang semakin enggan terpejam terus mengingat bunda yang sedang aku rindukan. Aku genggam handphoneku, mulai ku ketik pesan untuk bunda, aku rangkai kata demi kata agar hati bunda tersentuh membacanya. Tapi apa daya, belum sempat terkirim, aku dengan spontan menghapusnya. “Ah besok saja, ini sudah sangat malam, mungkin bunda sudah lelap.” Ucapku dalam hati.
            Pagi datang bersama kokok ayam yang bersaut-sautan. Aku bersiap sekolah seperti biasa. Sarapan yang selalu aku siapkan sendiri, menjadi terbiasa sejak aku tidak tinggal bersama bunda. Nasi goreng yang biasa bunda sajikan saat sarapan pagi, segelas susu putih, dan masakan bunda, aku sangat merindukan itu. Beranjak dari pikiran yang melayang-layang, aku bergegas ke sekolah. Tanpa bekal dari bunda yang biasa bunda beri saat aku masih berpakaian putih biru. Saat tiba disekolah gairah pun menurun sangat drastis. Wajah bunda yang berkeliling dibenak seolah semakin cepat. Aku benar-benar merindukan bunda, rasa rindu yang tak terbendung lagi. Pertemuan terakhirku dengan bunda, disaat bunda menjengukku diJogja dengan ayah sekitar 7 bulan yang lalu. Pertemuan yang lagi-lagi dibatasi oleh waktu. Pekerjaan yang tak mungkin ayah tinggalkan juga mengharuskan mereka pulang lebih awal.
             Kerinduan pada bunda yang semakin menggunung sangat mengingatkan aku, disaat aku masih bersama mereka. Bila aku pulang dari sekolah, aku selalu disambut dengan penuh kehangatan. Kemanjaan yang bunda beri tak akan aku temukan pada mereka yang dekat padaku di kota orang tersebut. Apapun yang ada pada bunda, aku pastikan tidak terdapat pada mereka selain bunda. Rasa resah yang terkadang hadir, membuat hasratku ingin pulang ke Palembang dan berkata tepat ditelinga bunda, Bunda aku rindu padamu, aku rindu kasih sayangmu yang menakjubkan dan bila waktu dapat ku genggam, aku ingin seperti dulu, disaat aku masih dalam pengawasaanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar