Percayalah sesuatu akan terjadi, Yakinlah sesuatu akan membuat hidupmu lebih bermakna apabila kamu berusaha ;)

W E L C O M E

Minggu, 01 Januari 2012

Bintang, Aku Bertahan Disini


Tak ada niat untuk dekat sebelumnya. Tak ada niat untuk mengaguminya. Tapi inilah dunia, yang selalu tak terduga.
            Pagi itu, aku terbangun tidak pada jam biasanya dan tanpa suara apapun. Dengan wajah yang masih terlihat mengantuk, aku bangun dari tidur dan segera menuju kamar mandi meski aku sadar bahwa itu masih terlalu pagi untuk mandi. Entah kenapa pagi itu aku seolah dirasuki oleh jin yang sangat rajin.
            “Ma… hari ini nganter ke sekolahnya lebih pagi yaa.” Pintaku pada mama yang sedang membuaat sarapan sekaligus bekal makan siangku disekolah.
            “Loh kok tumben nak ? kenapa ? gak biasanya minta gitu.” Jawab mama.
            “hehe, gakpapa kok ma, iseng doaaang.” Balasku dengan senyum yang tak biasa pula.
            Aku kembali memasuki istana tepatnya kamar yang memang faktanya tidak begitu indah, tapi kamar itu sangatlah istimewa. Duduk disofa kamar dan sesekali melirik handphone, berharap seseorang disana akan menggetarkan handphoneku dan mengucapkan “Good Morning” meski itu hal yang sangat mustahil dan aku tak mengetahui siapa orang itu :D *konyol
            “Mbak rinaaaaaaa…” teriakan itu terdengar dari kamar sebelah, dan itu suara adikku Dinda. Teriakan itulah yang terkadang membuatku jengkel, seakan aku tuli tidak mampu mendengar suaranya yang nyaring itu. Dinda Fransisca Putri, yang lebih sering disapa Dinda, siswa SMP Negeri 1 Bogor. Dinda adalah sosok yang sangat baik bila ada maunya, tapi cerewet dan pintar berkata itu yang buat aku sering nyerah angkat tangan. Sisi baiknya lagi, nyaman banget kalo itu anak diajak curhat, curhat apa aja yang penting enak buat dicurhatin. Entah masalah cowok atau temen, atau pelajaran.
            “Kenapa ? gak usah pake teriak bisa kali!” bentak ku dari kamar.
            Tiba-tiba Dinda muncul dipintu kamarku dengan wajah yang sedikit kesal.
            “Mbak… hapeku di kamu ya ?” tanya Dinda.
            “Jaaaah, Cuma mau tanya itu doang ? Udah teriak-teriak gak jelas, eh taunya cuma itu doang. Ngapain dodol aku pegang hape kamu, hape aku ada juga kok.” Jawabku sewot.
            “Siapa tau kan, kamu kan suka ambil barang orang lain tanpa ngomong dulu.” Ejek Dinda.
            “Songong banget sih, udah pergi sono, mandi atau apalah gitu.” Perintahku pada adikku yang terkadang membuat emosi bahkan bukan terkadang tapi selalu.
            “Biasa aja kali, biasa aja doooong, pagi-pagi udah ngajak ribut.” Balas Dinda
            Tapi Rina tidak menghiraukan adiknya lagi, berhubung adiknya keburu pergi. Rina langsung menggenggam handphonenya dan menekan tombol browser. Yah, ternyata jejaring Facebook sudah nampak di depan layar handphonenya karena Rina baru selesai meng-update status dengan isi “wish me luck, today”. Jam kamar sudah menunjukkan pukul 06.00 saatnya Rina keluar kamar dan menghampiri mamanya yang baru saja selesai membuat sarapan.
            “Ma… bekal untuk hari ini apa ?” tanyaku dengan pertanyaan yang tidak penting.
            “Sudahlah, yang penting nanti siang kamu makan.” Jawab mama dengan nada yang lemah lembut.
            Itulah mama, yang selalu memperhatikan pola makan seorang anaknya. Selesai sarapan, aku bergegas untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Jam tangan yang terlilit di tangan kiriku menunjukkan pukul 06.10. Tentu saja sekolah masih sepi, karena ini masih terlalu pagi untuk datang ke sekolah walaupun ada beberapa yang telah berada di sekolah. Dan kebetulan sekolahku mengadakan asrama bagi kelas XII karena mereka akan mengahadapi Ujian Nasional, jadi mereka sedikit di kekang seperti di bui :D Aku bersekolah di SMA Negeri 1 Bogor. Di SMA ini senioritas yang ada sangat tinggi, berhubung aku masih kelas X, jadi menurutku diam akan membuat semua menjadi aman. Tapi predikat junior akan segera lepas, karena Minggu Depan, UAS akan segera dilaksanakan. Selama 1 tahun menjadi junior, perasaan yang waswas selalu ada, karena bila kita salah langkah, maka seniorlah yang akan menghadap hal itu.
            “Rina…” panggil bela dengan wajah yang murung.
            Bella Andriani, teman sekaligus sahabat terbaik yang selali ada buat aku dan hatiku #eaaa. Bella adalah sosok yang selalu menebar senyum dihadapan teman-teman yang lain meskipun aku yakin semua orang bosan melihat senyumnya. Dia salah satu pendengar yang setia, yang selalu mendengar kata mulut dan kata hati. Tapi yang sering aku kesalkan pada bella, dia sering kali galau dengan alasan tak penting.
            “Rin… ajarin aku Matematika trigonometri yaa please.” Pinta bella.
            “Jadi cuma karena itu doang ? Terus kamu menampakkan wajah murung yang gak jelas gitu ?” tanyaku geli.
            “Iya… makanya ajarin yaah.” Jawab bella dengan muka malu.
            “Iyaiyaiya, jangan sedih lagi yaa sist :D.” Hiburku pada bella.
***
            “Assalamu’alaikum…” teriakku sepulang sekolah.
            “Wa’alaikumussalam…” jawab mama yang masih asyik menonton televisi.
            Aku bergegas ke kamar, dan sedikit melirik ke adikku yang tertidur lelap. Dan hapenya yang terlihat sedang menganggur. Aku yang punya hobi baca-baca sesuatu yang enak dibaca, mulai menggapai hape itu dan membuka messagenya. Dan sering kali aku menemukan sms dari Dhika Chandra Winata. Dhika adalah satu tingkat dibawahku. Adik kelasku diSMP dan sekarang kakak kelas dinda diSMP. Karena aku dan dinda bersekolah diSMP yang sama. Dan ketika malam, aku sangat beruntung. Keadaan tidak buruk seperti biasanya. Tidak aka nada perang-perang yang biasa terjadi setiap malam. Aku dan dinda sedang akur, dan itu sangat mengejutkan *haha
            “Cieee.. yang suka smsan sama dhika.” Guyonku pada dinda yang sedang mendengarkan lagu dikamarnya.
            “Nah loh ? mbak bukan hape aku yaa ? hobi banget sih baca-baca punya orang.” Jawab dinda dengan wajah cengar-cengir.
            “Jadian yaa sama dhika ? kapan ?” tanyaku penasaran.
            “Gak kok mbak, paling cuma kasih harapan doang. Aku juga udah lama kok deket sama kak dhika.” Jelas dinda.
            “Udah lama ? kok akunya baru tahu sekarang, jahat ih gak mau cerita sama mbak sendiri.” Balasku dengan berpura-pura ngambek.
            “Emang mbak nanya gitu sama aku ? kalo mbak nanya ya pasti diceritain, berhubung mbak gak nanya jadi…” jawab dinda sambil menjulurkan lidah seperti menjebil.
            “Kalo dia nembak terima aja din haha,” ledekku.
            “Elu tu yaa, tadi kan udah aku bilang dia itu paling Cuma kasih harapan doang. Akunya juga Cuma anggap abang sama adek kok.” Dinda mencoba menjelaskan.
            “Kok gitu sih ?” tanyaku penasaran.
            “Tau gak sih mbak, setiap cewek yang suka sama dia pasti dijadiinnya pacar. Suka gak suka, sayang gak sayang, yang penting dia punya pacar haha.” Jawab dinda dengan panjang kali lebar.
            Pembicaraan pun diakhiri karena besok mereka berdua akan menghadapi Ulangan Semester. Tanpa perintah dari orangtua mereka segera beranjak dari tempat itu dan belajar semampunya meski sebenarnya tidak mampu. *alisnaik*
***
            “Datang kesekolah sesudah shalat dzuhur itu sesuatu yah.” Kata Bella dengan wajah senang.
            “Datang siangnya iya bell gakpapa, ulangannya itu loh yang buat dagdigdug jer.” Balas Rina dengan wajah sedikit panik.
            “Santai mabro :D wish us luck, today and tomorrow.” Kata Bella member semangat.
***
            Alhamdulillah yah, ulangan semester selesai juga. Dan sekarang lagi hebohnya classmetting sama MOS siswa baru SMA Negeri 1 Bogor. Cie, yang bentar lagi punya junior. *ciela sedikit bangga*. Kelas kami, kelas X.B banyak mendapatkan hadiah karena menjadi pemenang entah itu juara 1, 2 maupun 3. Dan 1 hari sebelum pembagian raport, kami satu kelas mengadakan acara kecil-kecilan yaitu saling tukar kado. Aku mendapatkan kado dengan nomor 5. Ternyata kado itu dari Ica Rossa Lina. Salah satu temanku dikelas yang hebohnya itu kebangetan. Dan hari ini juga hari pertemuan terakhir dengan Ica Rossa Lina, karena dia akan pindah ke Cimahi dengan alasan ikut mbaknya disana. Benar-benar akan merindukan sosok Ica. Tapi aku beruntung, aku mendapatkan kado pemberian dari Ica, sebuah boneka berwarna ungu. Jadi seolah aku yang hanya mendapat hadiah spesial J
            Keesokan harinya
            “Ma… peringkat berapapun Rina, jangan marah yaah.” Kataku pada mama.
            “Iya nak, yang penting kamu udah punya usaha.” Kata mama dengan nada lembut.
            Mama orang yang paling mengerti keadaan anaknya. Orang yang paling memahami anaknya. Love you :*. Setelah raport ditangan, mama tak sungkan menebarkan senyumnya. Aku tak tahu yang terjadi, tapi aku yakin sesuatu telah terjadi. Adaapa dengan raportku ?
            “ Peringkat berapa ma ?” tanyaku dengan wajah penasaran sekaligus panik.
            “Bagus kok nak nilainya.” Jawab mama sambil memberikan raportnya kepadaku.
            “Alhamdulillah, peringkat 5, meski hanya masuk 10 besar.” Ucapku gembira.
            Menakjubkan! Hal yang sangat tak terduga. Tak ada firasat sedikitpun. Raport bulanan yang didapat setiap bulan tak pernah mendukung. Raport UTS yang dihasilkan sedikit mengecewakan. Tapi rasa aneh yang mendalam, apa ini kebetulan. Tidak! Aku yakin didunia ini tidak ada yang kebetulan J walaupun hanya mendapat peringkat 5, setidaknya aku sudah membanggakan orangtua, karena SMA tempatku bersekolah berpredikat Unggulan. Dan yak libur sekolah pun tiba, tanpa pikir panjang, papa mengajak kami sekeluarga untuk liburan ke Jogjakarta sekalian jenguk mbah disana. Dan sejarah buat aku, berhubung aku ulang tahun, disetiap kali libur sekolah, jadi ulangtahunku selalu saja saat aku berada diJogja. Yeheee, tanggal 06 Juli 2011, Amrina Citra Widyaningsih beranjak ke umur 16 tahun, be better than before for me :D sms dari pukul 00.00 hingga malamnya tak henti teman-teman mengucapkan ‘happy Birthday’ sekaligus minta oleh-oleh dari Jogja, begitu pula diJejaring Sosial lainnya. Thankyou hanya itu yang bisa diucapkan. Liburan di Jogja usai, segera kembali ke asal, kelas XI dengan jurusan IPA menanti.
            Dan awal ajaran baru pun dimulai. Jadi senior punya junior, tapi beban pasti semakin banyak. Suatu malam aku melakukan hal yang biasa aku lakukan bila tidak mempunyai pekerjaan yaitu sebuah laptop yang terkoneksi ke internet. Jejaring Sosial Facebook yang tak bosan dibuka. Dan diberanda Facebook, kau melihat status Dhika, yang sekarang menjadi junior disekolahku, karena dia bersekolah ditempat yang sama denganku. Status tersebut tentang organisasi yang diikutinya disekolah. Ternyata, aku dan Dhika satu organisasi. Aku tak sungkan untuk mengomentari status itu, karena itu hal yang biasa. Hingga akhirnya komentar telah mencapai kurang lebih 100, dan jam kamar telah menunjukkan pukul 23.35. Aku pun pamit untuk tidur. Dan keesokkan harinya adalah hari pertama puasa jadi sekolah diliburkan. Akupun terbiasa membuat status dipagi hari, orang yang pertama kali menyukai nya adalah Dhika Chandra Winata. Oke, ini masih hal biasa. Tapi entah kenapa tanganku bergerak untuk membuka profil Dhika dan menulis sesuatu didindingnya. Sampai akhirnya 4 hari berturut-turut aku dan Dhika wall to wall diFacebook. Di dunia maya pun dia tak sungkan memanggil aku dengan sebuatan ‘sayang’. Itulah yang mengakibatkan semua orang didunia maya berpikir aku pacaran dengan junior. Sebenarnya, itu tidak sungkan atau tidak ada malu ? entahlah :D ku akui Dhika memang ganteng dan faktanya dia juga Playboy. Disaat sekolah masuk kembali, hari itu bertepatan dengan ulang tahunnya Dhika, dan aku orang pertama yang mengucapkan diFacebook. Entah apa yang ku pikirkan saat itu.
***
            “Bell, temenin ke WC nyok.” Pintaku pada Bella.
            “Nyook, sekalian keliling-keliling :D.” kata Bella sambil cengar-cengir.
            “Eh itu anak namanya siapa ?” tanyaku mendadak.
            “Itukan Rahel Sianturi, ituloh salah satu siswa smansa yang suka Menuhin TL aku.” Jawab bella sinis.
            “Itu anak melolotin aku.” Kata Rina nada tinggi.
            Waw, seorang junior melolotin seniornya, itu perlu dikasih sandal ke kepalannya. Hal yang terjadi tak ragu aku ceritakan pada Dhika. Karena Rahel adalah teman satu kelas Dhika. Dan malam harinya aku meminta nomor Dhika pada Dinda.
            “Cieee… mbak Rina buat apa minta nomor bang Dhika ?” tanya dinda dengan nada yah mengejek mungkin.
            “Udah ah, anak kecil gak perlu tau.” Jawabku sinis.
            “Cieee yang suka kirim wall too wall sama bang Dhika.” Ledek dinda lagi.
            “Idih, itu mah biasa aja.” Kata Rina nada datar.
            “Ada yang lagi jatuh cinta nih uyeeee.” Kata dinda sambil pergi keluar kamar dan meninggalkan Rina dikamarnya.
            Aku benar-benar tak ragu untuk mengirimkan pesan padanya. Karena apa, itu hal yang biasa dan sangat biasa. Akhirnya aku pun smsan sama Dhika dan membicarakan tingkah Rahel Siaturi. Setelah aku selidiki, ternyata Rahel itu menyukai seorang Dhika. Jadi ceritanya dia itu cemburu dengan aku karena kemarin-kemarin aku bisa kirim wall too wall diFacebook yang terlihat seperti orang pacaran. Dan pesan terakhir aku kirim ke Dhika adalah Happy Birthday Dhika Chandra Winata, be better than before J
            Hal yang tak ku duga, selama bulan Ramadhan Dhika yang selalu memenuhi inbox hapeku. Entah itu saat dia membangunkan aku untuk sahur, atau sesudah sahur, atau mengucapkan selamat berbuka puasa, atau setelah shalat maghrib, atau setelah shalat tarawih hingga kantuk mulai terasa. Dan yak, akhirnya ada rasa yang tak biasa. Inilah wanita disaat ada pria yang memberi perhatian lebih, disaat itu pula wanita tak ragu untuk mengaguminya. Satu bulan Ramadhan telah berlalu. Aku semakin menyimpan rasa yang tak karuan padanya. Entah ini hanya kagum atau ada rasa ingin memilikinya.
            “Bella.” Kataku singkat.
            “Kenapa sayang ?” tanya bella.
            “Dhika.” Jawabku singkat lagi,
            “Dhika kenapa ? Dia Cuma kasih harapan doang ?” tanya bella lagi.
            “Demi apapun aku sedih kalo kayak gini.” Jawab Rani dengan air mata yang hampir menetes.
            “Udah ah cowok kayak itu gak usah terlalu diharapkan.” Jawab bella dengans senyumnya.
            Dan suatu ketika saat kamarku sedang hening, handphoneku bergetar pertanda satu pesan diterima.

            From               : Dhika Chandra Winata
            Number           : 08xxxxxxxxxx
            Mbak Amrina Citra Widyaningsih, maafin Dhika yah. Maafin Dhika kalo Dhika ada salah. Dhika sayang sama mbak, tapi Dhika belum siap kalo mau pacaran sama senior senidiri. Dhika belum bisa mbak, mungkin nanti J
            Pesan singkat itu, aku baca berulang. Yah tanpa pikir panjang, aku enggan membalas pesan itu. Aku berusaha tetap seperti biasa. Seolah tidak terjadi apa-apa. Aku bisa, aku pasti bisa, aku harus bisa! Itu tekatku. Meski Dhika telah mengatakan seperti itu hubungan aku dengannya tak putus, aku harus terima semuanya. Meskti tidak sesering dulu, aku masih berkomunikasi dengannya.
            Satu bulan kemudian.
            Aku mendengar kabar bahwa Dhika pacaran dengan teman satu kelasnya. Itu yang membuatku kecewa. Bahkan aku mengetahui hal itu bukan dari Dhika sendiri, melainkan temannya yang tinggal satu komplek denganku. Ditambah lagi aku mengetahuinya setelah mereka memasuki bulan kedua. Aku kecewa lebih dari dia yang telah mengecewakanku. Jadi apa artinya selama ini ? Hanya permainan belaka ? Ataukah aku yang terlalu berlebihan dalam hal perasaan ? Rasa kecewa mendalam sangat terasa. Aku kecewa bukan disisi dia lebih memilih wanita itu dibanding aku, aku kecewa karena Dhika menutupi hal ini dari aku. Tak ada niatnya untuk bercerita padaku. Seolah aku tak boleh sedikitpun tau akan hal ini. Apa alasannya untuk menutupi hal ini dari aku ? Sungguh rasa kecewa yang membelenggu. Rasa rindu yang terkadang muncul, hanya bisa aku katakan melalui status Facebook, yang selalu tertuju padanya. Dhika Chandra Winata, aku merindukanmu. Merindukan kamu yang dulu. Dan kata yang bisaku ucap, “Bintangku, yakin dan percayalah padaku, disini aku bertahan dengan rasaku”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar