Tak
ada niat untuk dekat sebelumnya. Tak ada niat untuk mengaguminya. Tapi inilah
dunia, yang selalu tak terduga.
Pagi itu, aku terbangun tidak pada
jam biasanya dan tanpa suara apapun. Dengan wajah yang masih terlihat mengantuk,
aku bangun dari tidur dan segera menuju kamar mandi meski aku sadar bahwa itu
masih terlalu pagi untuk mandi. Entah kenapa pagi itu aku seolah dirasuki oleh
jin yang sangat rajin.
“Ma… hari ini nganter ke sekolahnya
lebih pagi yaa.” Pintaku pada mama yang sedang membuaat sarapan sekaligus bekal
makan siangku disekolah.
“Loh kok tumben nak ? kenapa ? gak
biasanya minta gitu.” Jawab mama.
“hehe, gakpapa kok ma, iseng
doaaang.” Balasku dengan senyum yang tak biasa pula.
Aku kembali memasuki istana tepatnya
kamar yang memang faktanya tidak begitu indah, tapi kamar itu sangatlah
istimewa. Duduk disofa kamar dan sesekali melirik handphone, berharap seseorang
disana akan menggetarkan handphoneku dan mengucapkan “Good Morning” meski itu
hal yang sangat mustahil dan aku tak mengetahui siapa orang itu :D *konyol
“Mbak rinaaaaaaa…” teriakan itu
terdengar dari kamar sebelah, dan itu suara adikku Dinda. Teriakan itulah yang
terkadang membuatku jengkel, seakan aku tuli tidak mampu mendengar suaranya
yang nyaring itu. Dinda Fransisca Putri, yang lebih sering disapa Dinda, siswa
SMP Negeri 1 Bogor. Dinda adalah sosok yang sangat baik bila ada maunya, tapi
cerewet dan pintar berkata itu yang buat aku sering nyerah angkat tangan. Sisi
baiknya lagi, nyaman banget kalo itu anak diajak curhat, curhat apa aja yang
penting enak buat dicurhatin. Entah masalah cowok atau temen, atau pelajaran.
“Kenapa ? gak usah pake teriak bisa
kali!” bentak ku dari kamar.
Tiba-tiba Dinda muncul dipintu
kamarku dengan wajah yang sedikit kesal.
“Mbak… hapeku di kamu ya ?” tanya
Dinda.
“Jaaaah, Cuma mau tanya itu doang ?
Udah teriak-teriak gak jelas, eh taunya cuma itu doang. Ngapain dodol aku
pegang hape kamu, hape aku ada juga kok.” Jawabku sewot.
“Siapa tau kan, kamu kan suka ambil
barang orang lain tanpa ngomong dulu.” Ejek Dinda.
“Songong banget sih, udah pergi
sono, mandi atau apalah gitu.” Perintahku pada adikku yang terkadang membuat
emosi bahkan bukan terkadang tapi selalu.
“Biasa aja kali, biasa aja doooong,
pagi-pagi udah ngajak ribut.” Balas Dinda
Tapi Rina tidak menghiraukan adiknya
lagi, berhubung adiknya keburu pergi. Rina langsung menggenggam handphonenya
dan menekan tombol browser. Yah, ternyata jejaring Facebook sudah nampak di
depan layar handphonenya karena Rina baru selesai meng-update status dengan isi “wish me luck, today”. Jam kamar sudah
menunjukkan pukul 06.00 saatnya Rina keluar kamar dan menghampiri mamanya yang
baru saja selesai membuat sarapan.
“Ma… bekal untuk hari ini apa ?”
tanyaku dengan pertanyaan yang tidak penting.
“Sudahlah, yang penting nanti siang
kamu makan.” Jawab mama dengan nada yang lemah lembut.
Itulah mama, yang selalu
memperhatikan pola makan seorang anaknya. Selesai sarapan, aku bergegas untuk
bersiap-siap berangkat ke sekolah. Jam tangan yang terlilit di tangan kiriku
menunjukkan pukul 06.10. Tentu saja sekolah masih sepi, karena ini masih
terlalu pagi untuk datang ke sekolah walaupun ada beberapa yang telah berada di
sekolah. Dan kebetulan sekolahku mengadakan asrama bagi kelas XII karena mereka
akan mengahadapi Ujian Nasional, jadi mereka sedikit di kekang seperti di bui
:D Aku bersekolah di SMA Negeri 1 Bogor. Di SMA ini senioritas yang ada sangat
tinggi, berhubung aku masih kelas X, jadi menurutku diam akan membuat semua
menjadi aman. Tapi predikat junior akan segera lepas, karena Minggu Depan, UAS
akan segera dilaksanakan. Selama 1 tahun menjadi junior, perasaan yang waswas
selalu ada, karena bila kita salah langkah, maka seniorlah yang akan menghadap
hal itu.
“Rina…” panggil bela dengan wajah
yang murung.
Bella Andriani, teman sekaligus
sahabat terbaik yang selali ada buat aku dan hatiku #eaaa. Bella adalah sosok
yang selalu menebar senyum dihadapan teman-teman yang lain meskipun aku yakin
semua orang bosan melihat senyumnya. Dia salah satu pendengar yang setia, yang
selalu mendengar kata mulut dan kata hati. Tapi yang sering aku kesalkan pada
bella, dia sering kali galau dengan alasan tak penting.
“Rin… ajarin aku Matematika
trigonometri yaa please.” Pinta bella.
“Jadi cuma karena itu doang ? Terus
kamu menampakkan wajah murung yang gak jelas gitu ?” tanyaku geli.
“Iya… makanya ajarin yaah.” Jawab
bella dengan muka malu.
“Iyaiyaiya, jangan sedih lagi yaa
sist :D.” Hiburku pada bella.
***
“Assalamu’alaikum…” teriakku
sepulang sekolah.
“Wa’alaikumussalam…” jawab mama yang
masih asyik menonton televisi.
Aku bergegas ke kamar, dan sedikit
melirik ke adikku yang tertidur lelap. Dan hapenya yang terlihat sedang
menganggur. Aku yang punya hobi baca-baca sesuatu yang enak dibaca, mulai
menggapai hape itu dan membuka messagenya. Dan sering kali aku menemukan sms
dari Dhika Chandra Winata. Dhika adalah satu tingkat dibawahku. Adik kelasku
diSMP dan sekarang kakak kelas dinda diSMP. Karena aku dan dinda bersekolah
diSMP yang sama. Dan ketika malam, aku sangat beruntung. Keadaan tidak buruk
seperti biasanya. Tidak aka nada perang-perang yang biasa terjadi setiap malam.
Aku dan dinda sedang akur, dan itu sangat mengejutkan *haha
“Cieee.. yang suka smsan sama dhika.”
Guyonku pada dinda yang sedang mendengarkan lagu dikamarnya.
“Nah loh ? mbak bukan hape aku yaa ?
hobi banget sih baca-baca punya orang.” Jawab dinda dengan wajah cengar-cengir.
“Jadian yaa sama dhika ? kapan ?”
tanyaku penasaran.
“Gak kok mbak, paling cuma kasih
harapan doang. Aku juga udah lama kok deket sama kak dhika.” Jelas dinda.
“Udah lama ? kok akunya baru tahu
sekarang, jahat ih gak mau cerita sama mbak sendiri.” Balasku dengan
berpura-pura ngambek.
“Emang mbak nanya gitu sama aku ?
kalo mbak nanya ya pasti diceritain, berhubung mbak gak nanya jadi…” jawab
dinda sambil menjulurkan lidah seperti menjebil.
“Kalo dia nembak terima aja din
haha,” ledekku.
“Elu tu yaa, tadi kan udah aku
bilang dia itu paling Cuma kasih harapan doang. Akunya juga Cuma anggap abang
sama adek kok.” Dinda mencoba menjelaskan.
“Kok gitu sih ?” tanyaku penasaran.
“Tau gak sih mbak, setiap cewek yang
suka sama dia pasti dijadiinnya pacar. Suka gak suka, sayang gak sayang, yang
penting dia punya pacar haha.” Jawab dinda dengan panjang kali lebar.
Pembicaraan pun diakhiri karena
besok mereka berdua akan menghadapi Ulangan Semester. Tanpa perintah dari
orangtua mereka segera beranjak dari tempat itu dan belajar semampunya meski
sebenarnya tidak mampu. *alisnaik*
***
“Datang kesekolah sesudah shalat
dzuhur itu sesuatu yah.” Kata Bella dengan wajah senang.
“Datang siangnya iya bell gakpapa, ulangannya
itu loh yang buat dagdigdug jer.” Balas Rina dengan wajah sedikit panik.
“Santai mabro :D wish us luck, today
and tomorrow.” Kata Bella member semangat.
***
Alhamdulillah yah, ulangan semester
selesai juga. Dan sekarang lagi hebohnya classmetting sama MOS siswa baru SMA
Negeri 1 Bogor. Cie, yang bentar lagi punya junior. *ciela sedikit bangga*.
Kelas kami, kelas X.B banyak mendapatkan hadiah karena menjadi pemenang entah
itu juara 1, 2 maupun 3. Dan 1 hari sebelum pembagian raport, kami satu kelas
mengadakan acara kecil-kecilan yaitu saling tukar kado. Aku mendapatkan kado
dengan nomor 5. Ternyata kado itu dari Ica Rossa Lina. Salah satu temanku
dikelas yang hebohnya itu kebangetan. Dan hari ini juga hari pertemuan terakhir
dengan Ica Rossa Lina, karena dia akan pindah ke Cimahi dengan alasan ikut
mbaknya disana. Benar-benar akan merindukan sosok Ica. Tapi aku beruntung, aku
mendapatkan kado pemberian dari Ica, sebuah boneka berwarna ungu. Jadi seolah
aku yang hanya mendapat hadiah spesial J
Keesokan
harinya
“Ma… peringkat berapapun Rina,
jangan marah yaah.” Kataku pada mama.
“Iya nak, yang penting kamu udah
punya usaha.” Kata mama dengan nada lembut.
Mama orang yang paling mengerti keadaan
anaknya. Orang yang paling memahami anaknya. Love you :*. Setelah raport
ditangan, mama tak sungkan menebarkan senyumnya. Aku tak tahu yang terjadi,
tapi aku yakin sesuatu telah terjadi. Adaapa dengan raportku ?
“ Peringkat berapa ma ?” tanyaku
dengan wajah penasaran sekaligus panik.
“Bagus kok nak nilainya.” Jawab mama
sambil memberikan raportnya kepadaku.
“Alhamdulillah, peringkat 5, meski
hanya masuk 10 besar.” Ucapku gembira.
Menakjubkan! Hal yang sangat tak
terduga. Tak ada firasat sedikitpun. Raport bulanan yang didapat setiap bulan
tak pernah mendukung. Raport UTS yang dihasilkan sedikit mengecewakan. Tapi
rasa aneh yang mendalam, apa ini kebetulan. Tidak! Aku yakin didunia ini tidak
ada yang kebetulan J walaupun hanya mendapat peringkat
5, setidaknya aku sudah membanggakan orangtua, karena SMA tempatku bersekolah
berpredikat Unggulan. Dan yak libur sekolah pun tiba, tanpa pikir panjang, papa
mengajak kami sekeluarga untuk liburan ke Jogjakarta sekalian jenguk mbah
disana. Dan sejarah buat aku, berhubung aku ulang tahun, disetiap kali libur
sekolah, jadi ulangtahunku selalu saja saat aku berada diJogja. Yeheee, tanggal
06 Juli 2011, Amrina Citra Widyaningsih beranjak ke umur 16 tahun, be better
than before for me :D sms dari pukul 00.00 hingga malamnya tak henti
teman-teman mengucapkan ‘happy Birthday’ sekaligus minta oleh-oleh dari Jogja,
begitu pula diJejaring Sosial lainnya. Thankyou hanya itu yang bisa diucapkan.
Liburan di Jogja usai, segera kembali ke asal, kelas XI dengan jurusan IPA
menanti.
Dan awal ajaran baru pun dimulai.
Jadi senior punya junior, tapi beban pasti semakin banyak. Suatu malam aku
melakukan hal yang biasa aku lakukan bila tidak mempunyai pekerjaan yaitu
sebuah laptop yang terkoneksi ke internet. Jejaring Sosial Facebook yang tak
bosan dibuka. Dan diberanda Facebook, kau melihat status Dhika, yang sekarang
menjadi junior disekolahku, karena dia bersekolah ditempat yang sama denganku.
Status tersebut tentang organisasi yang diikutinya disekolah. Ternyata, aku dan
Dhika satu organisasi. Aku tak sungkan untuk mengomentari status itu, karena
itu hal yang biasa. Hingga akhirnya komentar telah mencapai kurang lebih 100,
dan jam kamar telah menunjukkan pukul 23.35. Aku pun pamit untuk tidur. Dan
keesokkan harinya adalah hari pertama puasa jadi sekolah diliburkan. Akupun
terbiasa membuat status dipagi hari, orang yang pertama kali menyukai nya
adalah Dhika Chandra Winata. Oke, ini masih hal biasa. Tapi entah kenapa tanganku
bergerak untuk membuka profil Dhika dan menulis sesuatu didindingnya. Sampai
akhirnya 4 hari berturut-turut aku dan Dhika wall to wall diFacebook. Di dunia maya
pun dia tak sungkan memanggil aku dengan sebuatan ‘sayang’. Itulah yang
mengakibatkan semua orang didunia maya berpikir aku pacaran dengan junior.
Sebenarnya, itu tidak sungkan atau tidak ada malu ? entahlah :D ku akui Dhika
memang ganteng dan faktanya dia juga Playboy. Disaat sekolah masuk kembali,
hari itu bertepatan dengan ulang tahunnya Dhika, dan aku orang pertama yang
mengucapkan diFacebook. Entah apa yang ku pikirkan saat itu.
***
“Bell, temenin ke WC nyok.” Pintaku
pada Bella.
“Nyook, sekalian keliling-keliling
:D.” kata Bella sambil cengar-cengir.
“Eh itu anak namanya siapa ?”
tanyaku mendadak.
“Itukan Rahel Sianturi, ituloh salah
satu siswa smansa yang suka Menuhin TL aku.” Jawab bella sinis.
“Itu anak melolotin aku.” Kata Rina
nada tinggi.
Waw, seorang junior melolotin
seniornya, itu perlu dikasih sandal ke kepalannya. Hal yang terjadi tak ragu
aku ceritakan pada Dhika. Karena Rahel adalah teman satu kelas Dhika. Dan malam
harinya aku meminta nomor Dhika pada Dinda.
“Cieee… mbak Rina buat apa minta
nomor bang Dhika ?” tanya dinda dengan nada yah mengejek mungkin.
“Udah ah, anak kecil gak perlu tau.”
Jawabku sinis.
“Cieee yang suka kirim wall too wall
sama bang Dhika.” Ledek dinda lagi.
“Idih, itu mah biasa aja.” Kata Rina
nada datar.
“Ada yang lagi jatuh cinta nih
uyeeee.” Kata dinda sambil pergi keluar kamar dan meninggalkan Rina dikamarnya.
Aku benar-benar tak ragu untuk
mengirimkan pesan padanya. Karena apa, itu hal yang biasa dan sangat biasa. Akhirnya
aku pun smsan sama Dhika dan membicarakan tingkah Rahel Siaturi. Setelah aku selidiki,
ternyata Rahel itu menyukai seorang Dhika. Jadi ceritanya dia itu cemburu
dengan aku karena kemarin-kemarin aku bisa kirim wall too wall diFacebook yang
terlihat seperti orang pacaran. Dan pesan terakhir aku kirim ke Dhika adalah
Happy Birthday Dhika Chandra Winata, be better than before J
Hal yang tak ku duga, selama bulan
Ramadhan Dhika yang selalu memenuhi inbox hapeku. Entah itu saat dia
membangunkan aku untuk sahur, atau sesudah sahur, atau mengucapkan selamat
berbuka puasa, atau setelah shalat maghrib, atau setelah shalat tarawih hingga
kantuk mulai terasa. Dan yak, akhirnya ada rasa yang tak biasa. Inilah wanita
disaat ada pria yang memberi perhatian lebih, disaat itu pula wanita tak ragu
untuk mengaguminya. Satu bulan Ramadhan telah berlalu. Aku semakin menyimpan
rasa yang tak karuan padanya. Entah ini hanya kagum atau ada rasa ingin
memilikinya.
“Bella.” Kataku singkat.
“Kenapa sayang ?” tanya bella.
“Dhika.” Jawabku singkat lagi,
“Dhika kenapa ? Dia Cuma kasih
harapan doang ?” tanya bella lagi.
“Demi apapun aku sedih kalo kayak
gini.” Jawab Rani dengan air mata yang hampir menetes.
“Udah ah cowok kayak itu gak usah
terlalu diharapkan.” Jawab bella dengans senyumnya.
Dan suatu ketika saat kamarku sedang
hening, handphoneku bergetar pertanda satu pesan diterima.
From : Dhika Chandra Winata
Number : 08xxxxxxxxxx
Mbak Amrina Citra Widyaningsih,
maafin Dhika yah. Maafin Dhika kalo Dhika ada salah. Dhika sayang sama mbak,
tapi Dhika belum siap kalo mau pacaran sama senior senidiri. Dhika belum bisa
mbak, mungkin nanti J
Pesan singkat itu, aku baca
berulang. Yah tanpa pikir panjang, aku enggan membalas pesan itu. Aku berusaha
tetap seperti biasa. Seolah tidak terjadi apa-apa. Aku bisa, aku pasti bisa,
aku harus bisa! Itu tekatku. Meski Dhika telah mengatakan seperti itu hubungan
aku dengannya tak putus, aku harus terima semuanya. Meskti tidak sesering dulu,
aku masih berkomunikasi dengannya.
Satu bulan kemudian.
Aku
mendengar kabar bahwa Dhika pacaran dengan teman satu kelasnya. Itu yang
membuatku kecewa. Bahkan aku mengetahui hal itu bukan dari Dhika sendiri,
melainkan temannya yang tinggal satu komplek denganku. Ditambah lagi aku
mengetahuinya setelah mereka memasuki bulan kedua. Aku kecewa lebih dari dia
yang telah mengecewakanku. Jadi apa artinya selama ini ? Hanya permainan belaka
? Ataukah aku yang terlalu berlebihan dalam hal perasaan ? Rasa kecewa mendalam
sangat terasa. Aku kecewa bukan disisi dia lebih memilih wanita itu dibanding
aku, aku kecewa karena Dhika menutupi hal ini dari aku. Tak ada niatnya untuk
bercerita padaku. Seolah aku tak boleh sedikitpun tau akan hal ini. Apa
alasannya untuk menutupi hal ini dari aku ? Sungguh rasa kecewa yang
membelenggu. Rasa rindu yang terkadang muncul, hanya bisa aku katakan melalui status
Facebook, yang selalu tertuju padanya. Dhika Chandra Winata, aku merindukanmu.
Merindukan kamu yang dulu. Dan kata yang bisaku ucap, “Bintangku, yakin dan percayalah padaku, disini aku bertahan dengan
rasaku”.