Semua terkesan takkan terlupakan.
Yah, kalimat itulah yang selalu berbenak dipikiranku hingga saat ini. Seolah
tuhan memang mentakdirkanku untuk tidak melupakan semua kenangan itu. Aku tahu,
itu hanya cerita singkat yang tak begitu penting atau mungkin saja sangat tidak
penting atau bisa jadi cerita yang enggan orang lain dengarkan *miris*. Cerita singkat yang sangat mudah
untuk diabaikan. Tapi sayang kekuatan dipikiran ini terlalu melebihi kapasitas,
hingga kemampuan untuk melupakan lebih kecil bahkan tidak ada sama sekali.
Berawal dari sebuah akun jejaring sosial. Berawal dari permainan yang bisa
dimainkan oleh siapa saja. Berawal dari sebatas senior dan junior. Perlahan
perasaan yang tak biasa pun datang seiring waktu. Dan hingga tiba saatnya
mereka mengatakan hal yang tidak terjadi pada dunia nyataku. Aku yang tidak
bisa menjelaskan hanya tersenyum tipis. Karena hati kecil ini berharap, semoga
semua kan jadi nyata. Aku yakin, tuhan selalu adil. Kali ini tuhan mengizinkan
aku dekat dengannya. Dia yang
terlukis dihati. Dia yang selama ini
hanya dimimpi saat aku terlelap, kini berada tepat dihadapanku. Kedekatan yang
semakin nampak dimuka umum hingga terdengar gosip-gosip bahwa aku tlah berdua
dengannya. Oh God, sungguh ini diluar skenario naskah pikiranku. Sungguh tak
terduga. Berbalas pesan dengannya
membuatku terkadang membahas gosip itu, “Biarlah,
mungkin mereka iri pada kita.” Itu ucapnya
saat aku mengatakan semua.
Perasaan yang semakin menggunung
membuatku semakin tak berdaya. Kurang lebih 30 hari, pesan ditelepon genggamku
dipenuhi dengan pesan-pesan darinya.
Mulai dari pesan penting sampai tak penting sekalipun. Semua terkemas indah
dalam ponselku. Sering kali aku baca ulang bila aku merindukannya, merindukan suasana itu. Sering kali
aku tersenyum kecil disaat aku temukan kalimat yang membuatku terbang dan takkan jatuh lagi. Tapi semuanya,
seluruhnya, dan tidak tersisa satupun, tombol delete yang aku tekan dengan ragu
membuat pesan itu gugur satu persatu. Semua pesan itu tak mungkin lagi dapat
terbaca. Kenapa aku bisa melakukannya ? Yah, kekecewaan yang timbul seketika
dengan pernyataannya yang begitu
menusuk. Aku dan dia yang terlihat
dimata orang lain tlah menjalin satu hubungan khusus meskipun faktanya tidak
bahkan tidak akan pernah. Tingkah itu selalu membuat aku berharap lebih
padanya. Tapi alhasil, semua hanya mimpi belaka. Tiba-tiba dia menghilang, ya menghilang tanpa kabar. Tanpa pesan yang biasa dia kirim setiap malam menjelang. Dengan
tenang, dia datang lagi membawa kabar
baik baginya dan buruk bagiku.
From :
+628xxxxxxxxx
Date
: 07/09/2011
Time :
13:11
Ya, aku memang menyayangimu, tapi satu alasanku.
Aku
belum siap untuk berdua dengan kakak tingkatku.
Mungkin
nanti JJ
Dengan emoticons senyum yang terletak dipesan terakhir darinya itu,
membuatku tertunduk. Yaya, ini pasti hanya aku yang berlebihan. Aku yang
terlalu menanggapinya dengan serius.
Ayolah, ini hanya khayalan, berpalinglah segera darinya. “Tak mungkin juga dia
mau denganku.” Cetusku dalam hati. Selera makan pun hilang seketika. Aku
yang terlanjur berharap tapi tidak sebaliknya. Mungkin dia malah enggan untuk diharapkan. Kecewa mendalam menghampiri.
Kata-kata move-on pun selalu terucap
dari bibir teman-temanku. “Sudahlah
lupakan dia, lupakan dia yang mempermainkanmu.” Ucap salah satu temanku
memberi semangat. Perubahan drastis pun terjadi. Hasrat memegang ponsel pun
berkurang. Pulsa yang terbiasa selalu kekurangan kini tidak terpakai. Sengaja
tidak membalas semua pesan masuk, hingga teman kelas pun kesal akibat pesan
mereka menjadi korban karena tidak mendapat balasan dariku.
Bisa-bisa, tenanglah aku bisa
melupakannya meski kalian pasti tahu bahwa mulut ini bisa saja berbohong. Tapi
aku yakin, aku bisa. Apa susahnya move-on
? Itu hal yang mudah, bahkan sangat mudah. Tapi lagi-lagi rencana move-on gagal akibat pertemuan yang tak
sengaja berulang begitu saja, bagaimana bisa aku tidak bertemu dengannya ? Aku dan dia berteduh digedung yang sama. Aku dan dia satu organisasi, meski faktanya dia memang lebih sibuk diorganisasinya yang lain. Bahkan aku sering kali memandanginya dari kejauhan. Dan itu benar-benar
konyol dan sangat tidak menguntungkan bagi pihakku.
Beberapa Bulan Kemudian.
Ya
Tuhan. Ini sangat parah. Alasan yang pernah dia
ucapkan padaku dulu bukanlah alasan utamanya. Dia mengatakan alasan itu karena mungkin dia tidak ingin membuat aku terluka *sok pake banget!* tapi sayang, kau bukan hanya membuat aku terluka,
bukan hanya kecewa, kali ini aku benar-benar benci kau dan keadaan itu. Aku mengetahui
kau berdua dengannya disaat kau tlah memasuki bulan kedua. Bisakah kau berpikir
sejenak dengan keadaanku saat mengetahui kenyataan itu? sangat menyakitkan!
Seolah tidak ada niat untuk bercerita tentang wanita pujaanmu, walau aku tahu
wanita itu tak mungkin aku. Kau mengatakan alasan itu karena kau tlah
memilihnya. Aku tidak kecewa dengan kau lebih memilihnya, tapi kau. Kau yang
menutupi ini dariku seakan aku memang tak boleh tau. Keinginan untuk berpaling
semakin kuat.
Dan tibalah teman-sebayaku tersenyum menyapa menghampiri. Memberi semangat
seolah teman-sebaya ini mengetahui
apa yang sedang terjadi. “Dunia belum
berakhir.” Itu salah satu kalimat yang sering ia ucapkan. Posisi si-dia yang aku ceritakan diawal tadi
digantikan oleh teman-sebaya ini. Ya,
memang sikap teman-sebaya jauh lebih
dingin dari pada dia diawal cerita.
Tapi aku kagum dengan cara teman-sebaya
menyampaikan sesuatu padaku. Menyampaikan motivasi yang menurutnya mampu membuatku bangkit dari
kenyataan pahit ini. Pesan singkat yang sering kali memenuhi inbox-ku selalu saja mirip dengan
keadaanku saat itu. Seakan teman-sebaya selalu
tahu apa yang terjadi padaku. Entahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja. Lama
kelamaan, hal ini bukan sekedar aneh, tapi juga membingungkan. Teman-sebaya selalu ingin mengetahui
hubunganku dulu dengan dia. Dengan
alasan apa, aku pun tak mengetahuinya. Tapi teman-sebaya
selalu mempunyai alasan untuk bertanya tentang dia.
Bulan perbulan memang sudah dijalani
apa adanya. Tanpa rekayasa perasaan, tanpa kebohongan. Rasa pada dia masih tersimpan rapi, walau awalnya
berniat untuk berpaling. Sulit. Sulit sekali untuk melupakan cerita singkat
itu. Cerita singkat yang pahitnya melebihi minuman kunyit. Usaha teman-sebaya
kurasa hanya sia-sia. Motivasi yang diberinya memang membuat ku bangkit, ya
bangkit, bangkit sesaat dan kemudian terjatuh lagi. Menyebalkan. Ini sangat
menyebalkan! Faktanya aku selalu mengatakan pada teman-sebaya “ya, aku pasti bisa. Aku bisa melupakan dia, melupakan
semua.” Tapi ternyata semua tidak semudah membalikan telapak tangan. Tidak
hanya dengan bersuara kencang atau meneriakan “aku pasti bisa, dan aku harus move-on.” Tidak semudah itu wahai teman-sebayaku.
Aku memutuskan untuk tidak terlalu
fokus pada hal itu-itu saja. Masih banyak hal yang lebih penting untuk
dipikirkan. Menyibukkan diri menjadi pilihan utamaku. Mengikuti kegiatan ini
dan itu membuatku perlahan melupakan semua yang terjadi. Meninggalkan sedikit
demi sedikit beban yang berkumpul dikepala kecilku ini. Dan aku mampu walau belum
melupakan secara utuh. Aku mulai terbiasa tanpa pesan singkat dari dia. Aku mulai terlihat biasa seolah tak
terjadi apa-apa disaat tuhan mempertemukan kami disuatu tempat. Sedikit bangga
dengan kemajuan ini. Tuhan memang selalu mendengarkanku. Aku yakin tuhan takkan
pernah tidur. Aku yakin tuhan punya rencana lain yang lebih istimewa daripada
semua ini. Aku yakin, aku percaya! Tingkahku kembali seperti semula, tak ada
yang nampak aneh lagi. Walau terkadang aku masih sering merindukan keadaan itu.
Prok prok prok, aku bertepuk tangan
dengan sendirinya :D *yuuuhhuuu*
Keadaan membaik ? Oh no. Keadaan belum membaik. Lagi-lagi seseorang perlahan memasuki
kehidupanku. Ya, seseorang, bukan dia
ataupun teman-sebaya. Baru selesai
dengan move-onku yang butuh perjuangan
tanpa mengenal waktu, dengan mudah seseorang itu datang. Entah kenapa seseorang
tersebut datang kepadaku. Kenapa harus aku ? kenapa ? kata itulah yang
mengelilingi otakku. Aku memang cukup mengenal seseorang tersebut, meski tidak
mengenalnya lebih dekat. Setidaknya aku tahu bahwa dia juga siswa disekolah ini
juga. Dengan keadaan yang sama, cerita ini berawal dari jejaring sosial pula.
Sebuah jejaring sosial yang difasilitasi aplikasi chatting. Seseorang itu meyapaku dengan ramah. Tidak dengan maksud
lain, hal yang sama aku lakukan juga. Percakapan ini semakin mendalam, semakin
sering kami lakukan. Semakin sering menyinggung masalah perasaan. Dan hati ini
membiarkan seseorang tersebut memasukinya dan faktanya ku akui hati ini masih
menyimpan nama dia pada awal cerita. Tapi
semenjak itu semakin jarang keinginan seseorang itu untuk bertegur sapa secara
langsung denganku bahkan tidak sama sekali, padahal awalnya setiap aku bertemu
dengannya, seseorang itu tak ragu untuk menyapa. Terlihat seperti pria yang memiliki
sikap nan cuek. Sempat terdengar hingga telingaku bahwa aku tlah dekat
dengannya. Lagi-lagi gosip yang tak aku inginkan. Gosip yang terucap dari mulut
ke mulut. Akibat berita menyesakkan itu, seseorang itu menjauh. Syukur! Aku masih punya nasib baik.
Seseorang tersebut menjauh sebelum rasa yang ku biarkan tumbuh semakin
menggebu. Dan saat itu pula aku
enggan memilih untuk berdua karena aku masih sering merindukan dia. Perlahan kabar sekaligus berita
yang membuat telinga panas pun reda, seakan tlah ditelan habis oleh bumi. Meski
aku tidak sedikitpun mengetahui dengan alasan apa seseorang itu menjauh pergi. Entahlah, tak begitu penting bagiku.
Hidupku, duniaku kembali aman *sambil teriak bahagia*. Tak ada satupun
yang sedang dekat denganku. Hanya sekedar teman bercerita biasa, tidak ada yang
istimewa. Berbulan-bulan aku lalui dengan enjoy.
Tanpa beban terberat yang pernah aku pikul sendiri. Tanpa senyum palsu yang
sering aku tampakkan dulu. Tanpa dia
disisi, meski dia tetap dihati J
Dunia memang takkan berhenti sebelum
sangkakala bersuara. Dunia masih terus berputar pada porosnya. Sesuatu akan
terjadi esok, dan tiada yang mengetahui. Apa kau merasakan yang akan terjadi ?
dan yah, aku merasakannya. Aku merasakan ada yang berbeda dengan tingkah
seseorang yang pernah hadir seketika dihidup ini. Datang dengan sekejap. Datang
tanpa alasan dan pergi tanpa alasan. Status yang sering kali diupdate oleh
seseorang tersebut dijejaring sosial itu membuat aku merasakan sesuatu. Apakah
aku yang dimaksud dalam status tersebut ? Entahlah, kali ini aku sangat tak
mengerti keadaan dunia. Seolah seseorang itu memberi pertanda padaku. Seolah
seseorang memberi isyarat kuat pada batinku. Dan apa kau mengetahui sesuatu
lagi ?
Seseorang itu kembali datang ke
hidupku dengan sikap ramahnya. Dengan alasan menanyakan sesuatu yang menurutku
bisa ditanyakan pada siapa saja, tidak harus aku. Malam itu, percakapan aku
dengan seseorang tersebut cukup menghabiskan waktu sekitar 1 jam lebih. Yang
tak kusangka, dipercakapan itu, pengakuan konyol, pengakuan yang tidak pada
tempatnya pun terucap. Seseorang itu mengatakan bahwa ia menyukaiku. Apa lagi ini?
Duniaku pun berhenti sejenak. Seakan tak percaya bahkan memang tak percaya. Aku
pun langsung gigit jari *menyebalkan!*
Tuhan skenariomu untuk makhlukmu yang lemah ini bagai lelucon yang tak ada
lucu-lucunya. Layaknya hanya sebuah lelucon konyol. Aku memang mengenalnya. Aku
memang mengetahui siapa seseorang itu. Bahkan aku tau banyak tentang hidup
seseorang itu. Tapi ketahuilah, aku dan seseorang itu hanya berkomunikasi
dijejaring sosial. Konyol bukan, bila tiba-tiba seseorang tersebut mengatakan
bahwa dia menyukaiku. Ini juga
membuat jantungku berhenti sejenak walau faktanya itu hanya kiasan belaka. Dan
yak, aku memang sudah terbiasa tanpa sosok nyata dia, tapi bayangannya
seolah masih bersama disini. Sebenarnya, aku bukan bermaksud untuk menolak
hadirnya kembali seseorang tersebut, tapi seseorang itu telah berpikir bahwa
aku enggan menerimanya, yasudah :D it’s
fine, no problem for me. Aku ikuti kemauan seseorang tersebut. Dan suatu
ketika, ponsel genggamku bergetar. Nomor tak dikenal, “save nomor handphoneku ya.” Seperti itulah kira-kira isi pesan dari
nomor tersebut. Tanpa memberitahu identitas. Dasar bodoh! Terlalu banyak orang
konyol dimuka bumi ini. Tapi balasannya yang kedua membuat aku berpikir bahwa
itu adalah nomor ponsel seseorang tersebut, ya seseorang yang beberapa hari
yang lalu mengatakan pengakuan konyol *ahaha :D
Kenapa seseorang tersebut malah menghubungiku via ponsel ? Bukankah seseorang itu tlah menganggapku enggan menerimanya ? Kenapa sekarang semakin terdengar bahwa aku tlah menjalani hubungan khusus dengannya ? Tuhan, apa lagi rencanamu ? Apa lagi yang akan Engkau tunjukkan ? Apa lagi yang harus aku lihat ? Terlalu banyak pertanyaan yang menggerogoti otakku kali ini. Karena aku terlalu ragu untuk memberikan kesempatan pada seseorang tersebut. Entah dengan alasan apa. Rasa yakinku pada seseorang tersebut tidak seyakin pada dia meski akhir ceritaku dengan dia sangatlah mengenaskan. Guyonan yang sering dilontarkan oleh teman-temanku membuat aku terlihat salah tingkah. Memalukan! Dan aku takut, aku takut guyonan itulah yang nanti menumbuhkan rasa yakin pada seseorang itu. Aku sudah mencoba untuk secuek mungkin menghadapi semua itu, tapi rasa takut kembali muncul. Takut bila rasa seseorang itu padaku akan bertahan. Sungguh aku tak dapat membayangkannya. Bayangan dia yang tidak menyayangiku masih sering muncul dipikiran, ditambah lagi sosok nyata seseorang tersebut yang menyayangiku. Ya galau. Penyakit yang kian membara dikalangan remaja. Rasa bimbang yang selalu bertanya balik kepadaku. Keputusan apa yang akan aku tempuh ? Keadaan seperti inilah yang teramat aku benci. Keadaan yang membuat susah tidur, dan susah segala. Keadaan yang membuatku memikirkannya sebelum aku terlelap hingga terbawa kealam mimpi. Sempat aku berpikir seperti ini, nanti bila aku sudah mempunyai rasa yakin dan percaya terhadap seseorang tersebut, tapi tidak pada seseorang itu bagaimana ? ah, ini benar-benar membuatku pusing tujuh keliling. Bagaimana jika seseorang itu perlahan memudarkan rasanya padaku ? Penyesalan yang akan datang padaku ? Tuhan, harus berapa banyak ‘bagaimana’ yang aku tanyakan ? Tunjukkan padaku jalan yang kau beri cahaya terang benderang tuhan, ku mohon.
Kenapa seseorang tersebut malah menghubungiku via ponsel ? Bukankah seseorang itu tlah menganggapku enggan menerimanya ? Kenapa sekarang semakin terdengar bahwa aku tlah menjalani hubungan khusus dengannya ? Tuhan, apa lagi rencanamu ? Apa lagi yang akan Engkau tunjukkan ? Apa lagi yang harus aku lihat ? Terlalu banyak pertanyaan yang menggerogoti otakku kali ini. Karena aku terlalu ragu untuk memberikan kesempatan pada seseorang tersebut. Entah dengan alasan apa. Rasa yakinku pada seseorang tersebut tidak seyakin pada dia meski akhir ceritaku dengan dia sangatlah mengenaskan. Guyonan yang sering dilontarkan oleh teman-temanku membuat aku terlihat salah tingkah. Memalukan! Dan aku takut, aku takut guyonan itulah yang nanti menumbuhkan rasa yakin pada seseorang itu. Aku sudah mencoba untuk secuek mungkin menghadapi semua itu, tapi rasa takut kembali muncul. Takut bila rasa seseorang itu padaku akan bertahan. Sungguh aku tak dapat membayangkannya. Bayangan dia yang tidak menyayangiku masih sering muncul dipikiran, ditambah lagi sosok nyata seseorang tersebut yang menyayangiku. Ya galau. Penyakit yang kian membara dikalangan remaja. Rasa bimbang yang selalu bertanya balik kepadaku. Keputusan apa yang akan aku tempuh ? Keadaan seperti inilah yang teramat aku benci. Keadaan yang membuat susah tidur, dan susah segala. Keadaan yang membuatku memikirkannya sebelum aku terlelap hingga terbawa kealam mimpi. Sempat aku berpikir seperti ini, nanti bila aku sudah mempunyai rasa yakin dan percaya terhadap seseorang tersebut, tapi tidak pada seseorang itu bagaimana ? ah, ini benar-benar membuatku pusing tujuh keliling. Bagaimana jika seseorang itu perlahan memudarkan rasanya padaku ? Penyesalan yang akan datang padaku ? Tuhan, harus berapa banyak ‘bagaimana’ yang aku tanyakan ? Tunjukkan padaku jalan yang kau beri cahaya terang benderang tuhan, ku mohon.
Ini cerita sengaja tidak akan aku
akhiri dengan happy ending ataupun sad ending. Karena aku memang membiarkan
cerita ini menggantung tanpa akhir yang jelas. Doakan saja keadaan duniaku
membaik. Doakan saja semua kan happy ending. Doakan saja aku melangkah
benar-benar dengan keadaan hatiku. Doakan, doakan agar tiada satupun hati yang
terluka J
semoga...semoga...semogaaa...aamiin (˘⌣˘)ε˘`)
BalasHapusaamiin yaallah \(´▽`)/
BalasHapuswaaa suka rangkaian katanya uuu... :D
BalasHapusterimakasih syifaaaaaaaaaaaaa =D
BalasHapus