Percayalah sesuatu akan terjadi, Yakinlah sesuatu akan membuat hidupmu lebih bermakna apabila kamu berusaha ;)

W E L C O M E

Kamis, 15 Maret 2012

Rasa ini Sulit Dimengerti


            Semua terkesan takkan terlupakan. Yah, kalimat itulah yang selalu berbenak dipikiranku hingga saat ini. Seolah tuhan memang mentakdirkanku untuk tidak melupakan semua kenangan itu. Aku tahu, itu hanya cerita singkat yang tak begitu penting atau mungkin saja sangat tidak penting atau bisa jadi cerita yang enggan orang lain dengarkan *miris*. Cerita singkat yang sangat mudah untuk diabaikan. Tapi sayang kekuatan dipikiran ini terlalu melebihi kapasitas, hingga kemampuan untuk melupakan lebih kecil bahkan tidak ada sama sekali. Berawal dari sebuah akun jejaring sosial. Berawal dari permainan yang bisa dimainkan oleh siapa saja. Berawal dari sebatas senior dan junior. Perlahan perasaan yang tak biasa pun datang seiring waktu. Dan hingga tiba saatnya mereka mengatakan hal yang tidak terjadi pada dunia nyataku. Aku yang tidak bisa menjelaskan hanya tersenyum tipis. Karena hati kecil ini berharap, semoga semua kan jadi nyata. Aku yakin, tuhan selalu adil. Kali ini tuhan mengizinkan aku dekat dengannya. Dia yang terlukis dihati. Dia yang selama ini hanya dimimpi saat aku terlelap, kini berada tepat dihadapanku. Kedekatan yang semakin nampak dimuka umum hingga terdengar gosip-gosip bahwa aku tlah berdua dengannya. Oh God, sungguh ini diluar skenario naskah pikiranku. Sungguh tak terduga. Berbalas pesan dengannya membuatku terkadang membahas gosip itu, “Biarlah, mungkin mereka iri pada kita.” Itu ucapnya saat aku mengatakan semua.
            Perasaan yang semakin menggunung membuatku semakin tak berdaya. Kurang lebih 30 hari, pesan ditelepon genggamku dipenuhi dengan pesan-pesan darinya. Mulai dari pesan penting sampai tak penting sekalipun. Semua terkemas indah dalam ponselku. Sering kali aku baca ulang bila aku merindukannya, merindukan suasana itu. Sering kali aku tersenyum kecil disaat aku temukan kalimat yang membuatku  terbang dan takkan jatuh lagi. Tapi semuanya, seluruhnya, dan tidak tersisa satupun, tombol delete yang aku tekan dengan ragu membuat pesan itu gugur satu persatu. Semua pesan itu tak mungkin lagi dapat terbaca. Kenapa aku bisa melakukannya ? Yah, kekecewaan yang timbul seketika dengan pernyataannya yang begitu menusuk. Aku dan dia yang terlihat dimata orang lain tlah menjalin satu hubungan khusus meskipun faktanya tidak bahkan tidak akan pernah. Tingkah itu selalu membuat aku berharap lebih padanya. Tapi alhasil, semua hanya mimpi belaka. Tiba-tiba dia menghilang, ya menghilang tanpa kabar. Tanpa pesan yang biasa dia kirim setiap malam menjelang. Dengan tenang, dia datang lagi membawa kabar baik baginya dan buruk bagiku.

            From                : +628xxxxxxxxx
            Date                : 07/09/2011
            Time                : 13:11
           
            Ya, aku memang menyayangimu, tapi satu alasanku.
Aku belum siap untuk berdua dengan kakak tingkatku.
Mungkin nanti JJ

            Dengan emoticons senyum yang terletak dipesan terakhir darinya itu, membuatku tertunduk. Yaya, ini pasti hanya aku yang berlebihan. Aku yang terlalu menanggapinya dengan serius. Ayolah, ini hanya khayalan, berpalinglah segera darinya. “Tak mungkin juga dia mau denganku.” Cetusku dalam hati. Selera makan pun hilang seketika. Aku yang terlanjur berharap tapi tidak sebaliknya. Mungkin dia malah enggan untuk diharapkan. Kecewa mendalam menghampiri. Kata-kata move-on pun selalu terucap dari bibir teman-temanku. “Sudahlah lupakan dia, lupakan dia yang mempermainkanmu.” Ucap salah satu temanku memberi semangat. Perubahan drastis pun terjadi. Hasrat memegang ponsel pun berkurang. Pulsa yang terbiasa selalu kekurangan kini tidak terpakai. Sengaja tidak membalas semua pesan masuk, hingga teman kelas pun kesal akibat pesan mereka menjadi korban karena tidak mendapat balasan dariku.

            Bisa-bisa, tenanglah aku bisa melupakannya meski kalian pasti tahu bahwa mulut ini bisa saja berbohong. Tapi aku yakin, aku bisa. Apa susahnya move-on ? Itu hal yang mudah, bahkan sangat mudah. Tapi lagi-lagi rencana move-on gagal akibat pertemuan yang tak sengaja berulang begitu saja, bagaimana bisa aku tidak bertemu dengannya ? Aku dan dia berteduh digedung yang sama. Aku dan dia satu organisasi, meski faktanya dia memang lebih sibuk diorganisasinya yang lain. Bahkan aku sering kali memandanginya dari kejauhan. Dan itu benar-benar konyol dan sangat tidak menguntungkan bagi pihakku.

            Beberapa Bulan Kemudian.

            Ya Tuhan. Ini sangat parah. Alasan yang pernah dia ucapkan padaku dulu bukanlah alasan utamanya. Dia mengatakan alasan itu karena mungkin dia tidak ingin membuat aku terluka *sok pake banget!* tapi sayang, kau bukan hanya membuat aku terluka, bukan hanya kecewa, kali ini aku benar-benar benci kau dan keadaan itu. Aku mengetahui kau berdua dengannya disaat kau tlah memasuki bulan kedua. Bisakah kau berpikir sejenak dengan keadaanku saat mengetahui kenyataan itu? sangat menyakitkan! Seolah tidak ada niat untuk bercerita tentang wanita pujaanmu, walau aku tahu wanita itu tak mungkin aku. Kau mengatakan alasan itu karena kau tlah memilihnya. Aku tidak kecewa dengan kau lebih memilihnya, tapi kau. Kau yang menutupi ini dariku seakan aku memang tak boleh tau. Keinginan untuk berpaling semakin kuat.
            Dan tibalah teman-sebayaku tersenyum menyapa menghampiri. Memberi semangat seolah teman-sebaya ini mengetahui apa yang sedang terjadi. “Dunia belum berakhir.” Itu salah satu kalimat yang sering ia ucapkan. Posisi si-dia yang aku ceritakan diawal tadi digantikan oleh teman-sebaya ini. Ya, memang sikap teman-sebaya jauh lebih dingin dari pada dia diawal cerita. Tapi aku kagum dengan cara teman-sebaya menyampaikan sesuatu padaku. Menyampaikan motivasi yang menurutnya mampu membuatku bangkit dari kenyataan pahit ini. Pesan singkat yang sering kali memenuhi inbox-ku selalu saja mirip dengan keadaanku saat itu. Seakan teman-sebaya selalu tahu apa yang terjadi padaku. Entahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja. Lama kelamaan, hal ini bukan sekedar aneh, tapi juga membingungkan. Teman-sebaya selalu ingin mengetahui hubunganku dulu dengan dia. Dengan alasan apa, aku pun tak mengetahuinya. Tapi teman-sebaya selalu mempunyai alasan untuk bertanya tentang dia.
Bulan perbulan memang sudah dijalani apa adanya. Tanpa rekayasa perasaan, tanpa kebohongan. Rasa pada dia masih tersimpan rapi, walau awalnya berniat untuk berpaling. Sulit. Sulit sekali untuk melupakan cerita singkat itu. Cerita singkat yang pahitnya melebihi minuman kunyit. Usaha teman-sebaya kurasa hanya sia-sia. Motivasi yang diberinya memang membuat ku bangkit, ya bangkit, bangkit sesaat dan kemudian terjatuh lagi. Menyebalkan. Ini sangat menyebalkan! Faktanya aku selalu mengatakan pada teman-sebaya “ya, aku pasti bisa. Aku bisa melupakan dia, melupakan semua.” Tapi ternyata semua tidak semudah membalikan telapak tangan. Tidak hanya dengan bersuara kencang atau meneriakan “aku pasti bisa, dan aku harus move-on.” Tidak semudah itu ­wahai teman-sebayaku.
Aku memutuskan untuk tidak terlalu fokus pada hal itu-itu saja. Masih banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan. Menyibukkan diri menjadi pilihan utamaku. Mengikuti kegiatan ini dan itu membuatku perlahan melupakan semua yang terjadi. Meninggalkan sedikit demi sedikit beban yang berkumpul dikepala kecilku ini. Dan aku mampu walau belum melupakan secara utuh. Aku mulai terbiasa tanpa pesan singkat dari dia. Aku mulai terlihat biasa seolah tak terjadi apa-apa disaat tuhan mempertemukan kami disuatu tempat. Sedikit bangga dengan kemajuan ini. Tuhan memang selalu mendengarkanku. Aku yakin tuhan takkan pernah tidur. Aku yakin tuhan punya rencana lain yang lebih istimewa daripada semua ini. Aku yakin, aku percaya! Tingkahku kembali seperti semula, tak ada yang nampak aneh lagi. Walau terkadang aku masih sering merindukan keadaan itu. Prok prok prok, aku bertepuk tangan dengan sendirinya :D *yuuuhhuuu*
Keadaan membaik ? Oh no. Keadaan belum membaik. Lagi-lagi seseorang perlahan memasuki kehidupanku. Ya, seseorang, bukan dia ataupun teman-sebaya. Baru selesai dengan move-onku yang butuh perjuangan tanpa mengenal waktu, dengan mudah seseorang itu datang. Entah kenapa seseorang tersebut datang kepadaku. Kenapa harus aku ? kenapa ? kata itulah yang mengelilingi otakku. Aku memang cukup mengenal seseorang tersebut, meski tidak mengenalnya lebih dekat. Setidaknya aku tahu bahwa dia juga siswa disekolah ini juga. Dengan keadaan yang sama, cerita ini berawal dari jejaring sosial pula. Sebuah jejaring sosial yang difasilitasi aplikasi chatting. Seseorang itu meyapaku dengan ramah. Tidak dengan maksud lain, hal yang sama aku lakukan juga. Percakapan ini semakin mendalam, semakin sering kami lakukan. Semakin sering menyinggung masalah perasaan. Dan hati ini membiarkan seseorang tersebut memasukinya dan faktanya ku akui hati ini masih menyimpan nama dia pada awal cerita. Tapi semenjak itu semakin jarang keinginan seseorang itu untuk bertegur sapa secara langsung denganku bahkan tidak sama sekali, padahal awalnya setiap aku bertemu dengannya, seseorang itu tak ragu untuk menyapa. Terlihat seperti pria yang memiliki sikap nan cuek. Sempat terdengar hingga telingaku bahwa aku tlah dekat dengannya. Lagi-lagi gosip yang tak aku inginkan. Gosip yang terucap dari mulut ke mulut. Akibat berita menyesakkan itu, seseorang itu menjauh. Syukur! Aku masih punya nasib baik. Seseorang tersebut menjauh sebelum rasa yang ku biarkan tumbuh semakin menggebu. Dan saat itu pula aku enggan memilih untuk berdua karena aku masih sering merindukan dia. Perlahan kabar sekaligus berita yang membuat telinga panas pun reda, seakan tlah ditelan habis oleh bumi. Meski aku tidak sedikitpun mengetahui dengan alasan apa seseorang itu menjauh pergi. Entahlah, tak begitu penting bagiku.
Hidupku, duniaku kembali aman *sambil teriak bahagia*. Tak ada satupun yang sedang dekat denganku. Hanya sekedar teman bercerita biasa, tidak ada yang istimewa. Berbulan-bulan aku lalui dengan enjoy. Tanpa beban terberat yang pernah aku pikul sendiri. Tanpa senyum palsu yang sering aku tampakkan dulu. Tanpa dia disisi, meski dia tetap dihati J
Dunia memang takkan berhenti sebelum sangkakala bersuara. Dunia masih terus berputar pada porosnya. Sesuatu akan terjadi esok, dan tiada yang mengetahui. Apa kau merasakan yang akan terjadi ? dan yah, aku merasakannya. Aku merasakan ada yang berbeda dengan tingkah seseorang yang pernah hadir seketika dihidup ini. Datang dengan sekejap. Datang tanpa alasan dan pergi tanpa alasan. Status yang sering kali diupdate oleh seseorang tersebut dijejaring sosial itu membuat aku merasakan sesuatu. Apakah aku yang dimaksud dalam status tersebut ? Entahlah, kali ini aku sangat tak mengerti keadaan dunia. Seolah seseorang itu memberi pertanda padaku. Seolah seseorang memberi isyarat kuat pada batinku. Dan apa kau mengetahui sesuatu lagi ?
Seseorang itu kembali datang ke hidupku dengan sikap ramahnya. Dengan alasan menanyakan sesuatu yang menurutku bisa ditanyakan pada siapa saja, tidak harus aku. Malam itu, percakapan aku dengan seseorang tersebut cukup menghabiskan waktu sekitar 1 jam lebih. Yang tak kusangka, dipercakapan itu, pengakuan konyol, pengakuan yang tidak pada tempatnya pun terucap. Seseorang itu mengatakan bahwa ia menyukaiku. Apa lagi ini? Duniaku pun berhenti sejenak. Seakan tak percaya bahkan memang tak percaya. Aku pun langsung gigit jari *menyebalkan!* Tuhan skenariomu untuk makhlukmu yang lemah ini bagai lelucon yang tak ada lucu-lucunya. Layaknya hanya sebuah lelucon konyol. Aku memang mengenalnya. Aku memang mengetahui siapa seseorang itu. Bahkan aku tau banyak tentang hidup seseorang itu. Tapi ketahuilah, aku dan seseorang itu hanya berkomunikasi dijejaring sosial. Konyol bukan, bila tiba-tiba seseorang tersebut mengatakan bahwa dia menyukaiku. Ini juga membuat jantungku berhenti sejenak walau faktanya itu hanya kiasan belaka. Dan yak, aku memang sudah terbiasa tanpa sosok nyata dia, tapi bayangannya seolah masih bersama disini. Sebenarnya, aku bukan bermaksud untuk menolak hadirnya kembali seseorang tersebut, tapi seseorang itu telah berpikir bahwa aku enggan menerimanya, yasudah :D it’s fine, no problem for me. Aku ikuti kemauan seseorang tersebut. Dan suatu ketika, ponsel genggamku bergetar. Nomor tak dikenal, “save nomor handphoneku ya.” Seperti itulah kira-kira isi pesan dari nomor tersebut. Tanpa memberitahu identitas. Dasar bodoh! Terlalu banyak orang konyol dimuka bumi ini. Tapi balasannya yang kedua membuat aku berpikir bahwa itu adalah nomor ponsel seseorang tersebut, ya seseorang yang beberapa hari yang lalu mengatakan pengakuan konyol *ahaha :D
            Kenapa seseorang tersebut malah menghubungiku via ponsel ? Bukankah seseorang itu tlah menganggapku enggan menerimanya ? Kenapa sekarang semakin terdengar bahwa aku tlah menjalani hubungan khusus dengannya ? Tuhan, apa lagi rencanamu ? Apa lagi yang akan Engkau tunjukkan ? Apa lagi yang harus aku lihat ? Terlalu banyak pertanyaan yang menggerogoti otakku kali ini. Karena aku terlalu ragu untuk memberikan kesempatan pada seseorang tersebut. Entah dengan alasan apa. Rasa yakinku pada seseorang tersebut tidak seyakin pada dia meski akhir ceritaku dengan dia sangatlah mengenaskan. Guyonan yang sering dilontarkan oleh teman-temanku membuat aku terlihat salah tingkah. Memalukan! Dan aku takut, aku takut guyonan itulah yang nanti menumbuhkan rasa yakin pada seseorang itu. Aku sudah mencoba untuk secuek mungkin menghadapi semua itu, tapi rasa takut kembali muncul. Takut bila rasa seseorang itu padaku akan bertahan. Sungguh aku tak dapat membayangkannya. Bayangan dia yang tidak menyayangiku masih sering muncul dipikiran, ditambah lagi sosok nyata seseorang tersebut yang menyayangiku. Ya galau. Penyakit yang kian membara dikalangan remaja. Rasa bimbang yang selalu bertanya balik kepadaku. Keputusan apa yang akan aku tempuh ?  Keadaan seperti inilah yang teramat aku benci. Keadaan yang membuat susah tidur, dan susah segala. Keadaan yang membuatku memikirkannya sebelum aku terlelap hingga terbawa kealam mimpi. Sempat aku berpikir seperti ini, nanti bila aku sudah mempunyai rasa yakin dan percaya terhadap seseorang tersebut, tapi tidak pada seseorang itu bagaimana ? ah, ini benar-benar membuatku pusing tujuh keliling. Bagaimana jika seseorang itu perlahan memudarkan rasanya padaku ? Penyesalan yang akan datang padaku ? Tuhan, harus berapa banyak ‘bagaimana’ yang aku tanyakan ? Tunjukkan padaku jalan yang kau beri cahaya terang benderang tuhan, ku mohon.
Ini cerita sengaja tidak akan aku akhiri dengan happy ending ataupun sad ending. Karena aku memang membiarkan cerita ini menggantung tanpa akhir yang jelas. Doakan saja keadaan duniaku membaik. Doakan saja semua kan happy ending. Doakan saja aku melangkah benar-benar dengan keadaan hatiku. Doakan, doakan agar tiada satupun hati yang terluka J

4 komentar: